Minggu, 28 Juni 2015

KEHIDUPAN ALAM BARZAKH DAN TAWASSUL

KEHIDUPAN DI ALAM BARZAKH

   Ada dua pandangan dalam menyikapi hukum tawassul dan istighatsah.
Pertama: Kelompok yang membolehkan tawassul dan ber-istighatsah dengan para nabi dan wali baik ketika mereka hidup ataupun wafat,dengan pengertian bahwa kita memohon kepada Allah dengan mengandalkan derajat dan kedudukan mereka baik ketikah masih hidup ataupun setelah mereka meninggal. Pendapat ini di ikuti oleh seluruh ulama salaf yang saleh dan di ikuti oleh mayoritas kaum muslimin hingga dewasa ini.

Kedua: Kelompok yang membolehkan bertawassul dengan para nabi dan wali yang masih hidup, agar di doakan kepada Allah tentang hajat yang ingin digapainya atau marabahaya yang hendak dijauhkannya. Oleh sebab itu,kelompok kedua ini melarang bertawassul dengan orang yang sudah meninggal. Karena orang yang alam luar mereka. Pendapat kedua ini di ambil oleh minoritas dalri kalangan ahli bid'ah dan ahli fitnah wahabiyah annajdiyah.

   Seringkali kalangan yang anti tawassul seperti Abdul aziz bib baz, al-Utsaimin, albani, dan ahlul bid'ah lainnya mengajukan alasan bahwa para nabi dan wali yang dijadikan sarana ber-tawssul itu sudah meninggal. Menurut mereka orang yang telah meninggal tentu tidak dapat berbuat apa-apa. Jangankan berbuat untuk orang lain,untuk dirinya saja mereka harus dimandikan,di kafani,dan di makamkan oleh orang lain. Berangkat dari perbedaan pendapat ini maka muncullah pertanyaan, apakah mereka masih hidup di alam barzakh,apakah mereka bisa mendengar dan merasakan tawassul kita dengan mereka,apakah mereka bisa menolong mendoakan hajat kita???
    Jawaban dari ke tiga pertanyaan itu adalah "ya" mereka hidup di alam mereka,mendengar dan merasakan tawassul kita dan menolong mendoakan hajat hajat kita kepada Allah. Berikut dalil-dalilnya:

1.Allah berfirman
" Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup menurut Tuhannya dengan mendapatkan rizki" (QS.ALI IMRON: 169)

2.Allah berfirman
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah,(bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS.AL-BAQARAH: 154)

3. Allah berfirman
"Dan katakanlah: bekerjalah kamu,maka Allah dan rasul-Nya serta orang mukmin akan melihat perjalananmu itu. (QS.AL-TAUBAH: 105)

Al-hafizn Ibn Katsir ulama yang sangat di kagumi wahabi,ketika mentafsirkan ayat ini berkata: "Telah datang dalil-dalil bahwa amal perbuatan orang-orang yang hidup diberitahukan kepada kerabat dekat mereka yang sudah meninggal dunia di alam barzakh" Dengan demikian orang yang tidak memiliki kehidupan tidak dapat mengetahui perbuatan yang lain. Berarti keluarga kita yang sudah meninggal pada hakekatnya itu hidup dan mengetahui hal ihwal perbuatan kita.

4.Hadist Anas bin Malik
"Rosululloh bersabda:" Para nabi itu hidup di alam kubur mereka dan menunaikan sholat"
Hadist ini diriwayatkan oleh Abu ya'la (3425), al-Baihaqi dalam Hayat al-anbiya' (hal.3),dan menilainya shahih. al-Bazzar dalam al-Musnad (233 dan 256), al-Hafizh ibn 'Asakir (499-571 H/1102-1176 M), dalam Tariqh Dimasyq (4/285), al-Hafizh Ibn 'Adi (w.365 H/976 M) dalam al- Kamil, al-Hafizh Abu Nu'aim 336-430 H/ 948-1038 M) dalam Dzikr Akhbar Ashbihan (2/39) dan lain-lain. Hadist ini dinilai shahih oleh al-Hafizh al-Munawi.

5.Hadist Aus bin Aus
"Rosululloh bersabda:" Hari yang paling utama bagi kamu adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam di ciptakan ,dicabut ruhnya,dan terjadinya huru-hara. Maka perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari itu,karena shalawat kalian akan di beritahukan kepadaku". Mereka bertanya:"Bagaimana mungkin shalawat kami diberitahukan engkau, sedangkan engkau telah lapuk?" Beliau memjawab:" Sesungguhnya Allah melindungi jasad para nabi dari dimakan tanah".
Hadist ini diriwayatkan  al-Nasa'i (1357),Ibn Majah (1075), Ahmad (15575),al-Darimi (1526) dan lain-lain. Hadist ini dinilai shahih oleh Ibn al-Qayyim -ideolog kedua kaum Wahhabi-dalam Jala' al-Afham (hal.47)
    Hadist ini menjadi dalil bahwa para nabi itu hidup di alam kubur mereka dan tidak mati sebagaimana diasumsikan oleh Ustad-Ustad wahhabi. Tidak mungkin nabi mengetahui shalawat yang kita baca,apabila beliau tidak hidup.

6.HADIST  PERISTIWA ISRO' MI'ROJ
     Dalam hadist peristiwa isro' yang mutawatir dan diriwayatkan dari lebih empat puluh sahabat, disebutkan bahwa nabi melihat nabi Musa As menunaikan shalat dalam kuburnya. Beliau melihat nabi-nabi lain juga menunaikan shalat. Beliau menjadi imam mereka dalam shalat berjamaah. Beliau menjelaskan bahwa nabi Adam As dan nabi-nabi lain mendoakan beliau. Beliau menjelaskan bahwa nabi Musa As meminta kembali kepada Allah agar umatnya diberi keringanan menunaikan shalat,dari yang semula 50 shalat,menjadi 5 kali shalat dalam sehari semalam.  Bertemu dengan para nabi,berbicara dengan mereka dan menjadi imam dalam shalat mereka. Dalam hadist itu beliau menjelaskan tentang bentuk fisik nabi Musa As yang kuat dan berambut keriting,seperti layaknya laki-laki dari suku Azad Syannu'ah,dan lain-lain. Semua ini menunjukkan bahwa para nabi itu hidup di alam barzakh dan dapat memberikan manfaat kepada kita yang hidup di dunia. Aktivitas yang dilakukan oleh para nabi yang menunaikan shalat,berbicara dengan nabi,memberi nasehat kepada beliau untuk umat beliau dan lain sebagainya hanya dapat dilakukan orang yang hidup. Hadist-hadist tentang peristiwa isro' tersebut dapat dilihat dalam shahih muslim, Sunan Abu Dawud,al-Tirmidzi,al-Nasa'i,Ibn Majah, Musnad Ahmad dan lain-lain. Hal ini dapat pula dilihat secara detail dan rinci dalam Tafsir al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir al-durr al-Mantsur dan lain-lain.

7.HADIST ABU QATADAH r.a
     "Dari Abu Qatadah secara marfu': "Apabila salah seorang kamu diserahi mengurus jenazah saudaranya,maka berilah kafan yang bagus. Karena sesungguhnya mereka akan saling mengunjungi di alam kubur mereka"
     (Hadist ini diriwayatkan oleh al_Tirmidzi,Ibn Majah dan Muhammad bin yahya al-Hamadani dalam shahihnya).

*Ibn Abi al_Dunya meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Rasyid bin Sa'ad berkata:
"Ada seorang laki-laki yang istrinya meninggal. Malamnya ia bermimpi melihat banyak perempuan yang sudah meninggal,kecuali istrinya yang tidak nampak bersama mereka. Lalu ia bertanya kepada mereka tentang istrinya yang tidak nampak bersama mereka. Mereka menjawab: "kalian telah memberikan kafan yang kurang bagus,sehingga ia malu untuk keluar bersama kami."
Lalu laki-laki itu datang kepada Nabi dan menceritakan tentang istrinya yang meninggal dan mimpi yang di alaminya. Lalu Nabi bersabda: "Coba lihat,apakah ada orang yang dipercaya untuk menyampaikannya?". lalu laki-laki itu mendatangi seorang laki-laki Anshar  yang sedang menghadapi detik-detik kematian dan menyampaikan keinginannya untuk menitipkan kain kafan kepada istrinya nanti kalau dia sudah meninggal. Lelaki Anshar itu menjawab: "Kalau memang orang yang sudah meninggal dapat menyampaikan titipan kepada orang yang sudah meninggal pula,tentu titipanmu akan aku saya sampaikan ".
Lalu lelaki Anshar itupun meninggal.Kemudian laki-laki tadi datang membawa dua kain kafan yang dilengkapi dengan Za'faran (cat warna kuning) dan kemudian diletakkannya di dalam kafan lelaki Anshar yang baru meninggal itu. Malam harinya ,laki-laki tersebut bermimpi melihat perempuan-perempuan yang sudah meninggal,dan istrinya juga tampak bersama mereka dengan mengenakan dua baju berwarna kuning"

     Dua hadist ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi-pendiri aliran wahhabi yang di ikuti oleh ustad-ustad wahabi lainnya,dalam kitabnya Ahkam Tamanni al-Maut (hal 41-42). kitab ini di-tahqiq oleh dua tokoh wahhabi,Abdurrahman al-Sadhan dan Abdullah al_JIbrin,dan di terbitkan oleh penerbit al-Imdadiyah Mekkah.
     Hadist ini menjadi dalil bahwa orang yang meninggal itu pada hakekatnya hidup di alam mereka dan saling berziarah dengan memakai kain kafan mereka. Orang yang meninggal juga dapat menolong orang yang masih hidup dengan mengantarkan kain kafan yang dititipinya. Dengan demikian,mereka dapat menolong kita dengan doa kepada Allah tentang hajat kita apabila kita ber-tawassul dengan mereka.

8. HADIST IBN ABBAS r.a
     "Ibn Abdilbarr meriwayatkan dari Ibn Abbas,berkata: "Rosululloh bersabda:" Tidak seorangpun yang lewat bertemu dengan kuburan saudaranya seiman yang pernah mengenalnya ketika didunia,-lalu mengucapkan salam kepadanya,kecuali ia akan mengenalnya dan membalas salamnya"

     Hadist ini di shahihkan oleh Abdulhaqq. Dalam bab ini ada riwayat pula dari Abu Hurairah dan 'Aisyah.
Hadist ini disebutkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Ahkam Tamanni al-Maut (hal.46).
  
Hadist ini menjadi dalil bahwa orang yang sudah meninggal memiliki kehidupan di alam kubur,dan mengenal orang yang pernah dikenalnya dan dapat memberikan kemanfaatan kepada orang yang masih hidup dengan mendoakan keselamatannya. Dalam konteks ini Ibn al-Qayyim mengatakan:

"Nabi telah menetapkan kepada ummatnya,apabila mereka mengucapkan salam kepada ahli kubur agar mengucapkan seperti layaknya salam yang diucapkan kepada yang hidup yang ada di hadapannya,dan ini berarti beerbicara kepada orang yang berakal. Andaikan tidak demikian ,niscayakhithab ini sama dengan berbicara kepada sesuatu yang tidak ada atau tidak berjiwa. Ulama salaf telah sepakat tentang hal ini,dalil-dalil atsar telah mutawwatir dari mereka bahwa si mayyit mengetahui ziarah (kunjungan) orang yang hidup dan merasa senang dengannya (Al-Ruh,hal 24)
     Apabila mereka dapat mendoakan keselamatan bagi orang yang masih hidup,tentu mereka juga dapat mendoakan hajat kita terkabul melalui tawassul dengan mereka.

9.HADIST SA'ID BIN AL-MUSYYAB
     Ibn Sa'ad meriwayatkan dari Sa'id bin al-Musayyab,bahwasannya ia tidak meninggalkan masjid Nabawi selama hari-hari peristiwa al-Hannah,sedangkan manusia disekelilingnya saling bunuh membunuh. Beliau berkata: "Apabila waktu shlat tiba aku selalu mendengar adzan yang suaranya keluar dari arah makam Nabi"
Hadist ini disebutkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dalam Ahkam Tamanni al-Maut (hal. 47)

     Dalam hadist ini,Nabi Muhammad saw yang sudah meninggal,memberi manfaat kepada Sa'id bin al-Musayyab dengan memberitahukan masuknya waktu shalat melalui adzan yang beliau kumandangkan dari dalam makam berliau. Dengan demikian,beliau dapat menolong kita dengan mendoakan apabila kita ber-tawassul dengan beliau.

10. HADIST ABU HURAIRAH
     Hadist yang disebutkan oleh Ibn Qoyyim ,ulama yang sangat di kagumi kaum wahabi dalam kitabnya Jala'al-Afham (hal. 33)

"Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a,berkata Rosululloh saw: "Barangsiapa membaca shalawat kepadaku disisi makamku,maka aku akan dapat mendengarnya. Dan barangsiapa membaca shalawat kepadaku dari tempat yang jauh ,maka aku akan diberitahu"

Hadist ini disebutkan oleh oleh ulama kebanggaan wahabi Ibn al-Qayyim dalam kitabnya Jala' al-Afham (hal. 33)

Menurut al-Hafizh Ibn Hajar dan muridnya al-Hafizh al-Sakhawi,sanad hadist ini jayyid (lihat ,al-Hafizh al-Sakhawi, al-Qaul al-Badi', hal. 154)
Hadist ini menunjukkan bahwa Nabi saw dapat mendengar shalawat kita kepada beliau,apabila kita membacanya dari dekat, maka rosul dapat mendengarnya langsung, jika dibaca dari tempat yang jauh maka rosul dapat mengetahuinya. Ini membuktikan Rasul hidup di alam barzakh.

      Berdasrkan dalil-dalil di atas ,dan sekian banyak dalil lain yang tidak kami sebutkan disini,dapat ditarik kesimpulan,bahwa para nabi, para wali dan orang-orang yang beriman yang sudah meninggal,pada hakekatnya menjalani kehidupan di alam kubur,yaitu suatu kehidupan yang berbeda dengan kondisi kehidupan di alam kita. Karena pada hakekatnya,kematian itu hanyalah fase dari kehidupan manusia menuju kehidupan baru yang lebih panjang dan lebih luas dimensi jangkauannya,sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab al-Najdi dalam Ahkam Tamanni al-Maut berikut ini:
" Diriwayatkan oleh al-Hakim al-Tirmidzi dan sahabat Anas secara marfu': "Aaku tidak mengumpamakan kematian seorang mukmin kecuali seperti anak kecil yang keluar dari perut ibunya yang sempit dan gelap gulita menuju dunia yang luas dan terang" (Ahkam Tamanni al-Maut hal.60)

     Lebih tegas lagi Ibn al-Qayyim menjelaskan dalam kitabnya al-Ruh (hal. 189) tentang empat fase yang dijalani oleh jiwa manusia,dimana masing-masing fase lebih besar dari fase sebelumnya.

Pertama: fase ketika berada dalam perut ibu yang terpenjara,sempit,susah dan berada dalam tiga kegelapan.

Kedua: fase dunia,tempat jiwa itu tumbuh,merasakan ketenangan,melakukan kebaikan dan keburukan yang akan terjadi pengantar kebahagiaan atau kesengsaraannya.

Ketiga: Fase alam barzakh yang lebih luas dan lebih besar daripada alam dunia, bahkan perbandingan alam barzakh dan alam dunia, sama dengan perbandingan alam dunia dengan fase sebelumnya.

Keempat: Fase ketetapan, layakkah kita di surga,atau ke neraka.

     Oleh karena fase kehidupan di alam barzakh setelah kematian,memiliki ruang dan dimensi yang lebih luas dan lebih besar daripada fase alam dunia, tentu jiwa yang telah terlepas dari belenggu raga akan memiliki aktifitas kemampuan yang lebih besar dan lebih luas pula daripada kemampuan yang di miliki sebelum kematiannya. Dalam konteks ini Ibn al-Qayyim mengatakan:

" Jiwa yang terlepas dari penjara raga,hubungan dan rintangannya memiliki aktifitas,kekuatan,pengaruh,semangat dan kecepatan dalam berhubungan dan kebergantungan kepada Allah yang tidak dimiliki oleh jiwa yang hina dan terpenjara oleh hubungan dan rintangan raga... Mimpi-mimpi dari berbagai etnis anak manusia telah mutauwir tentang perbuatan jiwa setelah kematiannya,terhadap perbuatan yang tidak dapat dilakukan ketika ia bersambung dengan raga seperti mengalahkan bala tentara yang sangat besar dengan satu orang,dua orang,jumlah kecil dan sesamanya. Telah sering di impikan bahwa Nabi saw bersama Abu Bakar r.a dan Umar r.a dalam suatu hari,jiwa-jiwa mereka mengalahkan bala tentara kafir dan zalim. Sehingga bala tentara mereka lari dan tercerai berai meskipun jumlah dan persenjataan kaum beriman lemah dan sedikit." (A-RUH ,hal. 171)

     Oleh karena kehidupan di alam barzakh itu memiliki ruang dan dimensi yang lebih uas dan lebih besar daripada kehidupan di dunia,tentu sesuai dengan dalil-dalil syara' dan pandangan seluruh ulama  salaf yang saleh ,ber-tawassul dan ber-istighatsah dengan para nabi dan wali yang sudah meninggal bukanlah sesuatu yang mustahil dalam pandangan syara' maupun akal. Bahkan ber-tawassul dan ber-istighatsah dengan mereka di perbolehkan oleh dalil-dalil syara'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar